A.
Sejarah
Balaikota Bogor terletak di Jalan Ir. H. Juanda No. 10, Kelurahan Pabaton,
Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Bangunan Balaikota
Bogor ini dibangun pada tahun 1868, yang semula berfungsi sebagai Societeit.
Societeit atau biasa disingkat menjadi soos, berarti klub dalam bahasa Belanda,
merupakan perkumpulan yang didirikan sebagai tempat bergaul orang-orang Eropa
di masa itu. Societeit menggunakan sistem keanggotaan, hanya kalangan
pengusaha, priyayi, dan pejabat yang boleh datang ke klub eksklusif ini.
Societeit pada akhir abad ke-19 didirikan di setiap kota besar, dan di banyak kota kecil, di Hindia Belanda. Societeit Harmonie di Batavia merupakan yang tertua, sudah ada sejak 1814, dan yang paling bergengsi hingga menjadi model bagi Societeit di seluruh Hindia Belanda. Meskipun gedung Societeit Harmonie sekarang sudah tidak ada, tapi masih menyisakan Harmoni sebagai nama sebuah kawasan di Jakarta Pusat.
De Societeit sendiri merupakan wadah untuk kalangan tertentu alias
eksklusif di masa itu. Tidak semua orang bisa masuk ke dalamnya. Biasanya yang
hadir berasal dari kalangan de Buitenzorg atau Istana Bogor atau para tamu dan
pejabat penting lainnya. Sisi ekslusivitas juga dijaga dari warna kulit. Orang
pribumi hanya bisa masuk ke dalam De Societeit dalam fungsi sebagai pelayan dan
bukan sebagai tamu.
Pada awalnya, pendirian klub-klub sosial ini merupakan bagain dari upaya
pihak penguasa kolonial untuk menciptakan sebuah batas antara “dunia beradab”
dan “dunia tak beradab” dengan membatasi introduksi kebudayaan Barat hanya pada
lingkaran komunitas orang Eropa. Louis Couprerus dalam novel De Stille Kracht
mengatakan bahwa keberadaan Societet berhubungan dengan proses globalisasi
yang didorong oleh perdagangan komoditas
perkebunan di awal abad ke-19. Kegiatan dagang terbuka yang diinisiasi oleh VOC
mengundang orang-orang Eropa yang bekerja sebagai administratur perkebunan dan
pemerintahan. Selain itu, hadir pula dokter, seniman, dan makelar. Mereka
bersosialita sebagai himpunan elit akibat pertemanan sembari menggelar resepsi,
pesta musik, dan pertunjukkan selebritas lainnya.
Penguasa baru Hindia Belanda lalu membangun infrastruktur kota modern seperti perkantoran, layanan pos, dan jaringan kereta api. Dikarenakan, rumah-rumah kelompok-kelompok elit tidak lagi mencukupi untuk kegiatan sosialita, maka dibangunlah gedung untuk menampung kegiatan para sosialita di masa itu. Gedung tersebut dilengkapi dengan fasilitas untuk pertunjukkan drama, pesta sekolah, dan pertandingan persahabatan. Di dalamnya terdapat pula ruang santai, perpustaan, meja biliar, dan fasilitas-fasilitas rekreatif lainnya.
Fungsi De Societeit sebagai sebuah tempat hiburan malam kalangan eksklusif
berlangsung hingga hampir 60 tahun. Perannya berubah setelah kedudukan Bogor
atau Buitenzorg berubah di tahun 1926. Ketika itu Buitenzorg dalam struktur
pemerintahan berubah menjadi Staads Gemeente alias kotapraja. Pada masa ini De
Societeit menjadi kantor Gemeente alias sudah menjadi tempat pemerintahan.
Mirip dengan fungsinya sekarang.
Setahun setelah Pengakuan Kemerdekaan Indonesia tahun 1949, nama De
Societeit pun berakhir. Perubahan tersebut terkait juga dengan perannya yang
baru dalam pemerintahan Indonesia. De Societeit menjadi Markas Komando Resort
061/ Surya Kencana. Tempat ini menjadi markas militer yang membawahi Bogor,
Sukabumi, Cianjur dan Kabupaten Bogor. Peran yang disandangnya hingga 21 tahun
berikutnya, tepatnya hingga tahun 1971. Namanya sendiri tidak berubah dan tetap
sama hingga tahun 1950. Barulah di tahun 1971 tersebut ketika jabatan walikota
Bogor dipegang oleh Achmad Syam, tempat tersebut difungsikan sebagai Balai Kota
Bogor.
B.
Langgam Bangunan
Jika melihat gedung-gedung Societeit di beberapa kota
di Indonesia, pada umumnya dibangun dalam kurun waktu 1810-1910 dengan gaya
arsitektur yang cenderung seragam. Semua gedung dibuat dengan gaya Eropa, yakni
sosok yang menjulang tinggi, berwarna putih, disertai pilar-pilar besar, namun
disesuaikan dengan iklim Indonesia. Hal ini terlihat dari pintu dan daun
jendela dalam ukuran besar dan banyak. Sirkulasi udara terjaga. Ruang-ruang
tertata dengan sorotan lampu dalam bentuk yang menarik.
Dari segi arsitektur, gedung ini punya skala monumental yang baik. Selain ukurannya yang gigantis juga cara meletakkannya di depan lapangan kosong, yang biasanya digunakan untuk parade dan kegunaan lainnya. Sehingga keseluruhan gedung dapat terlihat dengan jelas. Penggambaran tersebut sesuai dengan foto gedung Societeit Bogor tahun 1900. Gedung tersebut berada di tanah yang lapang.
Ciri khas dari arsitektur gedung Societeit bisa ditengarai dari denahnya yang berbentuk simetri penuh. Di bagian tengah terdapat apa yang disebut sebagai Central Room yang terdiri dari kamar tidur utama dan kamar tidur lainnya. Central Room tersebut berhubungan langsung dengan teras depan dan teras belakang (Voor Galerij dan Achter Galerij). Teras tersebut biasanya luas dan di ujungnya terdapat barisan kolom yang bergaya Yunani atau Romawi dengan pilar-pilar Doric, Ionic, atau Corinthian. Dapur, kamar mandi/WC, gudang dan daerah pelayanan lainnya merupakan bagian yang terpisah dari bangunan utama dan letaknya ada di bagian belakang.
Gedung Balai Kota ini memiliki luas bangunan 2.639,7
m² di atas lahan seluas 9.060 m². Gedung utama Balai Kota berdenah persegi
panjang menghadap ke arah Jalan Ir. H. Juanda atau Istana Bogor, dan memiliki
halaman yang cukup luas. Bangunan ini diberi cat warna putih dan dibagian muka
gedung memiliki pilar-pilar ramping yang indah sehingga tampak terkesan
bangunan megah. Atap bangunan tidak tinggi, relatif rendah. Sedangkan pada
bagian badan bangunan diberi profil geometrik pada bagian-bagian dahi jendela
dan pintu. Pada bagian kaki bangunan diberi batu alam. Gedung ini dimanfaatkan
sebagai Kantor Walikota Bogor. Begitu juga beberapa perkantoran Kota Bogor
terdapat pada bagian belakang yang merupakan bangunan tambahan (baru dan tidak
menempel pada bangunan lama), seperti Disbidpar, Dinas Pendidikan, dan
sebagainya.
C.
Tahap Pemugaran
Balai Kota Bogor termasuk dalam daftar bangunan Cagar Budaya Bogor. Meskipun di dalam kompleks yang sama telah dibangun berbagai perkantoran penunjang kegiatan pemerintahan Bogor, bangunan yang menjadi balai kota tidak mengalami perubahan banyak. Gaya arsitektur kolonial peninggalan Belanda yang dianut masih terlihat kental. Meskipun demikian, bangunan Balai Kota Bogor seperti sekarang, sudah tidak 100% mengadopsi gaya bangunan khas Eropa masa lalu.
Pada tahun 1950, bangunannya
sudah mengalami perubahan. Unsur lokal dari bangunan Sunda dimasukan dalam
struktur bangunan. Hal tersebut bisa terlihat dari bentuk atap segitiga,
pilar-pilar yang ramping serta berbagai ukiran kayu yang mencirikan perpaduan
kedua gaya. Sejak saat itu , bangunan kantor walikota ini tidak mengalami
perubahan selain beberapa perbaikan.
Sumber :
http://lovelybogor.com/balai-kota-bogor-sang-klub-sosialita/
http://ridapril.blogspot.com/2012/07/konservasi-arsitektur-balaikota-bogor.html
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbanten/balaikota-bogor-dahulu-dan-kini/
https://situsbudaya.id/sejarah-gedung-balai-kota-bogor/
http://lovelybogor.com/balai-kota-bogor-sang-klub-sosialita/
http://ridapril.blogspot.com/2012/07/konservasi-arsitektur-balaikota-bogor.html
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbanten/balaikota-bogor-dahulu-dan-kini/
https://situsbudaya.id/sejarah-gedung-balai-kota-bogor/