Minggu, 10 Februari 2019

KRITIK ARSITEKTUR : GEDUNG PARKIR SEBAGAI SOLUSI KEMACETAN


I.  PENDAHULUAN
Macet sepertinya hampir tiap hari disetiap kota, tentu saja kemacetan ini membawa dampak tidak langsung terhadap kehidupan masyarakat, akibat Meningkatnya jumlah penduduk berpengaruh pada tingginya frekuensi kegiatan di pusat-pusat perniagaan, sehingga permintaan jasa transportasi semakin tinggi. Salah satu penyebab kemacetan adalah kurangnya lahan parkir di pusat pusat perkantoran atau bangunan publik. Dalam hal ini permasalahan parkir sangat penting untuk dikaji lebih mendalam.
Ruang parkir yang dibutuhkan harus tersedia secara memadai. Semakin besar volume lalu-lintas yang beraktivitas baik yang meninggalkan atau menuju pusat kegiatan, maka semakin besar pula kebutuhan ruang parkir, jika parkiran pada bangunan tidak cukup kendaraan tersebut akan mengambil parkir di tepi jalan di sekitar kawasan tersebut, sehingga menyebabkan kesemrawutan. Jadi parkir di jalan raya harus diatur dan dibatasi dengan cara menyediakan ruang parkir sesuai kebutuhan, Banyaknya orang yang menggunakan jalan di sekitar bangunan sebagai lahan parkir, dan berdampak pada angka kemacetan dan kecelakaan lalu-lintas tinggi, menurunnya kapasitas jalan karena lebar efektif berkurang, sehingga bila kelancaran arus lebih dipentingkan dari parkir dilakukan pembatasan atau pelarangan parkir.
Salah satu bentuk solusi dalam masalah parkiran adalah pembuataan gedung parkir vertikal, pembuatan gedung parkir vertikal ini sangat efektif dari parkiran horisontal, karena parkiran horisontal tersebut sudah kurang efektif untuk menampung banyaknya kendaraan pada satu area perkantoran atau sarana publik lainnya yang memiliki lahan yang kurang luas. Gedung parkir vertikal tentunya lebih banyak menampung kendaraan dalam suatu lahan yang kurang memadai dan juga kapasitas tampung kendaraan yang jauh lebih besar.


Gedung parkir tentunya menjadi solusi yang sangat baik dalam permasalahan parkiran, Tetapi pada gedung parkir ini juga memerlukan lahan yang agak luas, agar dapat memberikan sirkulasi pergerakan baik kendaran maupun penggunanya secara leluasa. Memberikan sistem pendukung yang lebih mengefektifkan gedung parkir vertikal ini seperti mengaplikasikan sistem bangunan pintar.
Gedung parkir sendiri ialah gedung yang khusus dibangun untuk tempat parkir kendaraan, dengan demikian pemakaian lahan terutama di kawasan pusat kota dapat dilakukan secara efisien. Gedung parkir dapat dikombinasikan dengan pusat kegiatan, di mana lantai basement dan beberapa lantai di atasnya digunakan untuk parkir dan selanjutnya di atasnya ditempatkan bangunan pusat kegiatan seperti pertokoan, perkantoran dan pusat kegiatan lainnya.
II. METODE
Metode yang akan digunakan dalam Kritik Arsitektur ini ialah dengan menggunakan pendekatan gabungan. Pendekatan gabungan adalah metode pendekatan yang menggabungkan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan ini melibatkan asumsi-asumsi filosofis serta melibatkan kedua metode ini secara kolektif.(Creswell,2009)
III.  KAJIAN
Parkir ialah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara karena ditinggalkan oleh pengemudinya. Secara hukum dilarang untuk parkir di tengah jalan raya, namun parkir di sisi jalan umumnya diperbolehkan. Fasilitas parkir dibangun bersama-sama dengan kebanyakan gedung, untuk memfasilitasi kendaraan pemakai gedung.Termasuk dalam pengertian parkir adalah setiap kendaraan yang berhenti pada tempat-tempat tertentu baik yang dinyatakan dengan rambu lalu lintas ataupun tidak, serta tidak semata-mata untuk kepentingan menaikkan dan/atau menurunkan orang dan/atau barang. Ada tiga jenis utama parkir, yang berdasarkan mengaturan posisi kendaraan, yaitu parkir paralel, parkir tegak lurus, dan parkir serong.
   Satuan Ruang Parkir
Satuan ruang parkir (SRP) merupakan ukuran luas efektif untuk meletakkan satu buah kendaraan (mobil penumpang, bus/truk, atau sepeda motor). Di dalamnya sudah termasuk ruang bebas di kiri dan kanan kendaraan dengan pengertian pintu bisa dibuka untuk turun naik penumpang serta hal-hal tertentu seperti ruang gerak untuk kursi roda khusus untuk parkir kendaraan bagi penderita cacat serta ruang bebas depan dan belakang. Bila tanpa penjelasan, SRP adalah SRP untuk mobil penumpang.
   Cara parkir
Bagi sebagian besar kendaraan bermotor, ada tiga cara parkir, berdasarkan susunan kendaraan - parkir paralel, parkir tegak lurus, dan parkir serong. Ini adalah konfigurasi di mana pengemudi kendaraan dapat mengakses parkir secara mandiri.
a)  Parkir paralel
Parkir sejajar di mana parkir diatur dalam sebuah baris, dengan bumper depan mobil menghadap salah satu bumper belakang yang berdekatan. Parkir dilakukan sejajar dengan tepi jalan, baik di sisi kiri jalan atau sisi kanan atau kedua sisi bila hal itu memungkinkan,. Parkir paralel adalah cara paling umum dilakasanakan untuk parkir mobil dipinggir jalan. Cara ini juga digunakan dipelataran parkir ataupun gedung parkir khususnya untuk mengisi ruang parkir yang parkir serong tidak memungkinkan.
b) Parkir tegak lurus
Dengan cara ini mobil diparkir tegak lurus, berdampingan, menghadap tegak lurus ke lorong/gang, trotoar, atau dinding. Jenis mobil ini parkir lebih terukur daripada parkir paralel dan karena itu biasanya digunakan di tempat di pelataran parkir parkir atau gedung parkir. Sering kali, di tempat parkir mobil menggunakan parkir tegak lurus, dua baris tempat parkir dapat diatur berhadapan depan dengan depan, dengan atau tanpa gang di antara keduanya. Bisa juga parkir tegak lurus dilakukan dipinggir jalan sepanjang jalan di mana parkir ditempatkan cukup lebar untuk kendaraan keluar atau masuk ke ruang parkir.
c)  Parkir serong
Salah satu cara parkir yang banyak digunakan dipinggir jalan ataupun di pelataran maupun gedung parkir adalah parkir serong yang memudahkan kendaraan masuk ataupun keluar dari ruang parkir. Pada pelataran ataupun gedung parkir yang luas, diperlukan gang yang lebih sempit bila dibandingkan dengan parkir tegak lurus.

IV.  PEMBAHASAN
Gedung parkir sendiri ialah gedung yang khusus dibangun untuk tempat parkir kendaraan, dengan demikian pemakaian lahan terutama di kawasan pusat kota dapat dilakukan secara efisien. Gedung parkir dapat dikombinasikan dengan pusat kegiatan, di mana lantai basement dan beberapa lantai di atasnya digunakan untuk parkir dan selanjutnya di atasnya ditempatkan bangunan pusat kegiatan seperti pertokoan, perkantoran dan pusat kegiatan lainnya.
   Desain gedung parkir
Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam desin gedung parkir, yaitu:
I.   Rampa naik turun
Untuk bisa naik dan turun antar lantai digunakan rampa dengan kelandaian tertentu dan dikelompokkan atas:
1.  Rampa di dalam gedung, yang menghubungkan lantai dengan lantai dengan kelandaian 15 % dan harus ditambah dengan kelandaian yang lebih kecil pada awal dan akhir rampa sebesar 8 sampai 9 % untuk menhindari tersangkutnya bemper depan atau belakang sedan.
2.  Rampa di luar gedung, biasanya berbentuk spiral ditempatkan di kedua sisi gedung bila satu arah atau disalah satu sisi bila rampa spiral ini dibuat untuk arus dua arah.
3.  Lift kendaraan, untuk menaikkan atau menurunkan kendaraan ke lantai parkir. Perangkat ini biasanya ditempatkan pada gedung parkir yang lahannya sangat terbatas.
II. Struktur bangunan
Bangunan parkir dapat dibangun dengan dua cara yaitu dengan cara bertingkat biasa, lantai satu di atas lantai lainnya atau split level yang dapat menghemat ruang untuk pintu rampanya yang lebih pendek. Bangunan dapat dibangun dengan struktur beton bertulang ataupun dengan rangka baja yang dikombinasi dengan lantai beton.
III. Lift
Gedung parkir biasanya dilengkapi dengan lift dan atau tangga berjalan khususnya di gedung parkir yang besar untuk memudahkan pengemudi/pengguna gedung parkir untuk naik atau turun dari ruang parkir ke tempat kegiatan khususnya bagi gedung parkir yang lantainya banyak.
IV. Keselamatan
Ada beberapa aspek keselamatan yang perlu diperhatikan dalam pembangunan gedung parkir, yaitu:
1.  Dinding yang cukup kuat pada rampa ataupun pada ruang parkir, mengingat beberapa kejadian mengenaskan terjadi di Jakarta beberapa waktu yang lalu, di mana kendaraan terjun melalui dinding yang rusak akibat ketabrak mobil yang sedang masuk atau keluar ruang parkir atau berjalan di rampa.
2.  Stopper parkir untuk menahan kendaraan yang parkir tidak melampaui ruang parkir.
3.  Sirkulasi udara di dalam ruang gedung parkir
Di kota-kota Jepang di mana lahan amat terbatas dan sangat mahal, diciptakan parkir robotik di mana kendaraan yang akan diparkir disusun sedemikian sehingga penggunaan ruang sangat efisien, kedaraan diangkat ke ruang parkir dengan menggunakan robot disusun dengan jarak yang sangat berdekatan dan tidak diperlukan ruang untuk kendaraan bersirkulai mencari ruang parkir yang kosong. Untuk mengoperasikan, mengatur dan mencari kendaraan yang diparkir digunakan sistem pintar yang dikelola oleh suatu program komputer.

V. KESIMPULAN
Perparkiran di dunia merupakan permasalah khusus untuk kota2 metropolitan. Semuanya memang harus bisa di diskusikan dengan komprehensif, burhubungan dengan jalan raya, transportasi serta perparkiran. Dengan konsep gedung parkir, konvensional atau modern, seharusnya mulai banyak diterapkan di Indonesia. Sistim perparkiran di di kota besar  memang sulit di atasi, tetapi bukan tidak bisa diatasi. Dengan menerapkan konsep Park and Walk, yaitu parkir mobil di gedung parkir dan nikmati berjalan kaki di trotoar yang nyaman menuju tujuan, akan didapat beberapa keuntungan.
Pertama, lebar badan jalan tidak berkurang karena tidak adanya on-street parking sehingga tidak terjadi penurunan kinerja jalan dan dengan demikian mengurangi potensi terjadinya kemacetan lalu-lintas.
Kedua, dengan berkurangnya kemacetan lalu-lintas maka mengurangi akumulasi polusi udara dari gas buang kendaraan bermotor yang terjadi pada kondisi kemacetan lalu-lintas sehingga udara menjadi lebih sehat bagi warga kota.
Ketiga, membangun gaya hidup sehat bagi warga kota dengan membiasakan berjalan kaki dalam jarak pendek dan sedang.
Keempat, penghematan energi BBM dari berkurangnya kemacetan lalu-lintas. Konsep ini hanya bisa terwujud apabila terdapat sinkronisasi antara bangunan parkir dengan ketersediaan trotoar yang mendukung aksesibilitas berjalan kaki di kawasan yang bersangkutan.
Penyediaan gedung parkir seyogyanya tidak berdiri sendiri melainkan harus terintegrasi dengan fasilitas trotoar yang akan mengantar ke tujuan-tujuan yang diinginkan dengan lancar, nyaman, aman dan menyenangkan.


Sumber    :
https://id.wikipedia.org/wiki/Gedung_parkir
https://id.wikipedia.org/wiki/Parkir
https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/123032/parkir-alternatif-mengatasi-kemacetan